Depok | suararakyat.net – Tepung terigu adalah bahan yang sering digunakan dalam berbagai makanan, terutama makanan yang menjadi sumber karbohidrat utama. Contohnya adalah pasta, roti, mie, dan masih banyak lagi. Namun, banyak ahli kesehatan yang mengkhawatirkan dampak negatif dari konsumsi tepung terigu pada tubuh.
Tepung terigu tidak dianjurkan untuk dikonsumsi secara rutin dalam menu diet sehat. Konsumsi tepung terigu dalam jumlah tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit kronis.
Salah satu negara yang menghadapi masalah obesitas yang serius adalah Amerika Serikat. Lebih dari dua pertiga penduduk dewasa di negara tersebut menderita obesitas. Para ahli kesehatan mencatat bahwa salah satu penyebabnya adalah konsumsi tepung terigu yang tinggi.
Konsumsi tepung terigu dapat menyebabkan penumpukan lemak dalam tubuh dan mengganggu proses oksidasi lemak. Selain itu, konsumsi tepung terigu juga dapat mengganggu keseimbangan bakteri dalam saluran pencernaan, yang berdampak pada peningkatan berat badan.
Data dari International Diabetes Federation (IDF) menunjukkan peningkatan drastis jumlah penderita diabetes di Indonesia dalam 10 tahun terakhir. Jika tidak memperhatikan pola makan, perkiraan menyebutkan bahwa pada tahun 2045, sekitar 28,57 juta orang Indonesia akan menderita diabetes.
Tepung terigu merupakan salah satu faktor risiko terbesar dalam menyebabkan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah kondisi di mana tubuh tidak lagi mampu memproduksi insulin dengan baik, sehingga gula darah menjadi tinggi.
Aturan diet sehat di Amerika Serikat mulai mengatur penggunaan tepung terigu untuk mengurangi risiko sindrom metabolik dan diabetes tipe 2. Salah satu strategi yang dianjurkan adalah mengurangi konsumsi biji-bijian pecahan dalam menu diet.
Hipertensi adalah masalah yang umum dialami oleh orang dewasa hingga lanjut usia. Pola makan yang tidak sehat dan kurang nutrisi dapat memicu tekanan darah tinggi. Konsumsi karbohidrat olahan, termasuk tepung terigu, dapat mempengaruhi peredaran darah di tubuh.
Menurut data yang dipublikasikan oleh National Library of Medicine, The National Center for Biotechnology Information, mengurangi konsumsi karbohidrat olahan merupakan salah satu cara yang efektif untuk menurunkan tekanan darah tinggi.
Gangguan kardiovaskular juga terkait dengan konsumsi karbohidrat olahan seperti tepung terigu yang berlebihan. Sebuah artikel yang diterbitkan dalam jurnal kesehatan The Lancet pada tahun 2017 menunjukkan bahwa konsumsi tepung terigu memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap kesehatan kardiovaskular dibandingkan dengan makanan tinggi lemak.
Ketidakseimbangan gula darah yang disebabkan oleh tepung terigu dapat menyebabkan inflamasi sistemik. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada sistem pembuluh darah dan meningkatkan kadar lemak dalam darah.
Selain itu, konsumsi tepung terigu juga dapat berdampak pada kesehatan mental. Pola makan yang didominasi oleh karbohidrat olahan seperti tepung terigu dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi. Sebuah jurnal yang berjudul “High Glycemic Index Diet as a Risk Factor for Depression: Analyses from the Women’s Health Initiative” menyebutkan bahwa konsumsi tepung terigu dapat menyebabkan inflamasi sistemik yang dapat mempengaruhi suasana hati.
Mengingat dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh konsumsi tepung terigu, penting bagi kita untuk mengurangi dan menghindari konsumsi yang berlebihan. Memperhatikan pola makan yang seimbang dan menggantikan karbohidrat olahan dengan sumber karbohidrat yang lebih sehat dapat membantu menjaga kesehatan tubuh dan mencegah berbagai penyakit kronis. (In)