back to top

Become a member

Get the best offers and updates relating to Liberty Case News.

โ€• Advertisement โ€•

spot_img

Turun Langsung ke Pelosok, Ketua TP-PKK Kabupaten Seram Bagian Barat Perangi Stunting

Maluku | suara rakyat.net โ€“ Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Maluku, Yeni Rosbayani Asri, melakukan kunjungan kerja intensif ke wilayah terpencil di Kecamatan...
HomeNewsRevitalisasi Danau Toba: Siswa SMA Sulap Eceng Gondok Menjadi Pupuk Organik

Revitalisasi Danau Toba: Siswa SMA Sulap Eceng Gondok Menjadi Pupuk Organik

Jakarta | suararakyat.net – Stefan Atmadja, siswa kelas 11 Jakarta International School, tampil sebagai salah satu peserta yang menghadirkan ide-ide unik dan aksi-aksi praktis untuk membawa perubahan bagi Bumi pada simposium yang diselenggarakan oleh Jakarta Student Symposium (JSS). Idenya terfokus untuk mengubah eceng gondok yang merusak Danau Toba menjadi pupuk organik bagi petani.

Stefan mengembangkan pupuk organik bernama Steba, kependekan dari Sahabat Petani Toba, menggunakan eceng gondok dari Danau Toba. Pupuk hayati ini telah teruji dan terbukti kualitasnya luar biasa, mampu meningkatkan produktivitas petani.

Dalam simposium bertajuk ‘Saving Our Earth’ yang digelar di Balai Soehana, Jakarta, Rabu (24/5), Stefan mengungkapkan proyeknya berawal dari keprihatinannya melihat keindahan Danau Toba yang diselimuti enceng gondok.

“Danau Toba merupakan danau vulkanik terbesar di dunia, yang dikenal sebagai UNESCO Global Geopark. Sayangnya tertutup oleh pertumbuhan eceng gondok yang tidak terkendali,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis, 25 Mei 2023.

Menurut Stefan, keberadaan eceng gondok di danau itu menimbulkan tiga masalah. Pertama, tutupan eceng gondok yang padat menghalangi sinar matahari, menghambat proses fotosintesis organisme di dalam danau.

โ€œKedua, mengurangi kandungan oksigen, menghambat pertumbuhan makhluk hidup lainnya. Dan ketiga, mempengaruhi pariwisata. Menurunnya keindahan pemandangan pada akhirnya mengurangi daya pikat wisatawan,โ€ jelasnya.

Stefan menegaskan tujuan proyeknya adalah untuk mengembalikan keindahan Danau Toba sekaligus mengubah eceng gondok menjadi sesuatu yang dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat.

โ€œHal ini bisa dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mengolah eceng gondok menjadi pupuk. Eceng gondok memiliki kandungan nitrogen yang tinggi sehingga menjadi bahan yang sangat baik untuk pupuk,โ€ jelasnya.

Selain mendapatkan hasil uji laboratorium dari Sucofindo, produk pupuk hayati tersebut sudah digunakan oleh beberapa petani di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara.

โ€œBerdasarkan penelitian saya, penggunaan pupuk yang berasal dari eceng gondok pada tanaman padi mempercepat pertumbuhannya dibandingkan dengan tanaman tanpa pupuk. Saya berharap proyek ini dapat berdampak pada peningkatan produktivitas petani sekaligus mengembalikan keindahan danau dan melestarikannya. nilai pariwisata Indonesia,โ€ ungkapnya.

Dalam paparannya, Stefan memaparkan seluruh proses pembuatan pupuk dari eceng gondok yang dianggap sebagai gulma, mulai dari pengumpulan, pencacahan, pengeringan, hingga proses fermentasi.

Sementara itu, Sally Kailola, Head of Communication YKAN (Yayasan Konservasi Alam Nusantara), mengapresiasi simposium yang diselenggarakan JSS.

โ€œSetelah menyaksikan presentasi para mahasiswa, saya sangat terkesan dan bangga. Ini merupakan lompatan yang luar biasa, dimana mahasiswa muda telah memberikan kontribusi nyata dengan menawarkan solusi dari permasalahan yang ada. Merekalah yang akan membawa perubahan di masa depan,โ€ dia berkomentar.

Perlu dicatat bahwa simposium ini menandai acara pengukuhan JSS dan memamerkan 12 proyek yang memberikan solusi nyata untuk masalah global. Keunikan simposium ini adalah para peserta tidak hanya mempresentasikan ide-ide mereka sesuai dengan minat mereka masing-masing, tetapi juga menunjukkan efektivitas dan dampak tindakan praktis mereka dalam membawa perubahan.

Sekadar informasi, JSS adalah koalisi nirlaba independen yang didedikasikan untuk menyediakan platform bagi individu muda yang bermimpi untuk membuat perbedaan dan memimpin generasi mereka dalam menciptakan kesadaran tentang topik paling relevan yang menjadi perhatian global. Proyek lain yang dipamerkan di simposium termasuk inisiatif untuk mengurangi jejak karbon, menghemat air bersih, mengembangkan beras fortifikasi, dan banyak lagi.(Rz)