back to top

Become a member

Get the best offers and updates relating to Liberty Case News.

โ€• Advertisement โ€•

spot_img

Turun Langsung ke Pelosok, Ketua TP-PKK Kabupaten Seram Bagian Barat Perangi Stunting

Maluku | suara rakyat.net โ€“ Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Maluku, Yeni Rosbayani Asri, melakukan kunjungan kerja intensif ke wilayah terpencil di Kecamatan...
HomeKesehatanMenemui Popularitas di Dunia Media Sosial: Kisah Mereka yang Mengaku Mengidap ADHD

Menemui Popularitas di Dunia Media Sosial: Kisah Mereka yang Mengaku Mengidap ADHD

Depok | suararakyat.net – Belakangan ini, fenomena yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial adalah Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). ADHD merupakan kondisi yang memengaruhi perilaku seseorang dan memiliki gejala seperti gelisah, kesulitan berkonsentrasi, dan tindakan yang didorong oleh impulsifitas. Di media sosial, terutama di platform TikTok, banyak pengguna yang melakukan self diagnosis ADHD.

Salah satu pengguna TikTok, Humz (24) dari Manchester, berbagi konten-konten terkait ADHD dengan tujuan mendidik orang-orang tentang kondisi ini. Hal ini dilakukannya karena ADHD seringkali tidak terdiagnosis, terutama pada perempuan. Humz sendiri didiagnosis ADHD saat masih kuliah dan mengalami gejala mencari sensasi dan kecerobohan.

Humz juga berbagi beberapa saran perawatan diri tanpa bantuan medis yang menurutnya berhasil baginya, seperti meditasi, visualisasi, dan terapi air dingin. Namun, penting untuk dicatat bahwa beberapa perawatan yang dibicarakannya tidak memiliki banyak penelitian ilmiah yang mendukungnya.

Dampak dari fenomena ini, Humz mendapat reaksi pro dan kontra dari netizen. Ada yang menuduhnya menyebarkan informasi yang salah, namun ada juga yang mempercayai ucapan Humz dan melakukan self diagnosis. Humz berpendapat bahwa tidak ada yang salah dengan seseorang mempelajari gejala ADHD dari TikTok-nya.

Namun, perlu ditekankan bahwa perawatan dan diagnosis ADHD sebaiknya dilakukan oleh seorang spesialis yang dapat menilai gejala secara menyeluruh dan mempertimbangkan lamanya pengalaman gejala tersebut. Memiliki satu atau dua sifat yang terkait dengan ADHD tidak selalu berarti seseorang mengidap kondisi tersebut.

Dr. Saadia Arshad, seorang konsultan psikiater di London, mengatakan bahwa self diagnosis sangat berbahaya jika seseorang salah dalam memilih metode pengobatan dan mengonsumsi obat yang tidak tepat. Selain itu, self diagnosis juga dapat mempengaruhi kesehatan mental dan menyebabkan kecemasan yang berlebihan.

Dr. Arshad menjelaskan bahwa media sosial memang baik untuk menyebarkan informasi yang penting dalam rangka meningkatkan kesadaran tentang ADHD. Namun, jika seseorang merasa memiliki gejala ADHD, disarankan untuk mencari bantuan profesional.

“Jika Anda merasa mengalami ADHD, sebaiknya berbicara dengan dokter umum Anda dan mencatat gejala dan perasaan Anda. Penting untuk tidak mengabaikan gejala dan salah mendiagnosis diri sendiri, karena Anda dapat kehilangan bantuan yang tepat,” kata dr. Arshad.

Dalam menghadapi fenomena self diagnosis ADHD di media sosial, penting bagi individu untuk mencari pemahaman yang lebih baik tentang kondisi tersebut, tetapi juga mempertimbangkan keterbatasan self diagnosis. Mengedukasi diri sendiri tentang ADHD melalui platform media sosial adalah langkah awal yang baik, tetapi diagnosis dan perawatan yang akurat memerlukan pendekatan yang profesional. Mencari bantuan dari dokter atau spesialis yang berkompeten adalah langkah yang penting untuk menjaga kesehatan mental dan mendapatkan perawatan yang tepat. (In)