back to top

Become a member

Get the best offers and updates relating to Liberty Case News.

― Advertisement ―

spot_img

Terisolasi dan Terlupakan: Silewa, Desa di Buru yang Menjerit Minta Keadilan

Buru, Maluku | suararakyat.net – Di balik janji-janji manis pembangunan dan kesejahteraan yang kerap digaungkan saat musim pemilu , terdapat kisah getir dari...
HomeDaerahTerisolasi dan Terlupakan: Silewa, Desa di Buru yang Menjerit Minta Keadilan

Terisolasi dan Terlupakan: Silewa, Desa di Buru yang Menjerit Minta Keadilan

Buru, Maluku | suararakyat.net Di balik janji-janji manis pembangunan dan kesejahteraan yang kerap digaungkan saat musim pemilu , terdapat kisah getir dari Desa Persiapan Silewa, Kecamatan Fenalesiela, Kabupaten Buru. Sebuah wilayah yang seolah-olah menjadi bayang -bayang republik ini , terlindungi, terpinggirkan, dan nyaris luput dari perhatian pemerintah daerah maupun provinsi.

Bagi masyarakat Silewa, menjadi bagian dari Indonesia terasa hanya di atas kertas. Pelayanan dasar seperti kesehatan, pendidikan, hingga infrastruktur, nyaris tidak menyentuh wilayah ini.

Sejak Indonesia merdeka, kami tetap menjadi penonton dari hiruk- pikuk pembangunan. Entah kenapa pemerintah begitu abai pada kami yang tinggal di pelosok,” ungkap Ateng Nacikit , Ketua Adat Desa Silewa kepada wartawan, Senin ( 19/5/2025 ).

Kondisi Jalan Akses Menuju Desa Persiapan Silewa Kecamatan Fenalesiela Kabupaten Buru

Pelayanan Kesehatan: Datang Dua Kali Sebulan, Sisanya Pasrah

Penderitaan paling nyata dirasakan dalam sektor kesehatan. Hingga kini, tak ada puskesmas di desa tersebut. Tenaga medis hanya datang dua kali dalam sebulan. Jika ada warga yang sakit di luar waktu itu, maka satu-satunya pilihan adalah membawa mereka ke Rumah Sakit di Namlea.

Namun, akses ke Namlea bukan perkara mudah. Jalan yang berlumpur dan rusak parah membuat biaya transportasi melonjak drastis.

Kami harus keluarkan biaya hingga Rp2 juta hanya untuk membawa satu orang sakit ke rumah sakit. Kalau tak punya uang, warga cuma bisa pasrah di rumah,” ujar Ateng lirih.

Ekonomi Tercekik, Hidup dari Kayu Putih dan Berkebun

Secara ekonomi, warga hanya mengandalkan penyulingan minyak kayu putih dan hasil kebun seadanya. Namun, penghasilan ini tidak sebanding dengan beban hidup dan biaya transportasi yang tinggi. Sulitnya akses jalan membuat distribusi bahan kebutuhan pokok seperti sembako dan BBM menjadi mahal dan tidak menentu.

Untuk membeli BBM saja, kami harus keluar desa dan ongkosnya tinggi. Itu pun belum tentu ada,” keluh warga lainnya yang enggan disebutkan namanya.

Jalan Tak Layak, Mimpi Kesejahteraan Hanya Ilusi

Hasil investigasi wartawan di lapangan menunjukkan bahwa jalan utama menuju Desa Silewa nyaris tak bisa dilalui kendaraan roda empat, apalagi di musim hujan. Kendaraan roda dua pun harus berjibaku melewati medan yang licin dan terjal. Akibatnya, desa ini tidak hanya tertinggal secara fisik, tetapi juga secara mental— karena merasa ditelantarkan oleh negaranya sendiri.

Seruan Ketua Adat: ” Kami Bagian dari Negara Ini”

Dalam kondisi yang memprihatinkan ini, masyarakat berharap agar pemerintah daerah maupun provinsi tidak terus menutup mata. Ketua Adat Ateng Nacikit mengajak pemerintah untuk benar- benar hadir di tengah rakyat, bukan hanya menjelang pemilu .

Kami mohon, lihat kami di pelosok desa ini. Kami juga warga negara Indonesia. Jangan hanya datang saat minta suara, tapi menghilang saat kami butuh bantuan nyata,” tegasnya . (Ekdar Tella)