back to top

Become a member

Get the best offers and updates relating to Liberty Case News.

โ€• Advertisement โ€•

spot_img

Turun Langsung ke Pelosok, Ketua TP-PKK Kabupaten Seram Bagian Barat Perangi Stunting

Maluku | suara rakyat.net โ€“ Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Maluku, Yeni Rosbayani Asri, melakukan kunjungan kerja intensif ke wilayah terpencil di Kecamatan...
HomeNewsPendopo Taman Siswa: Sejarah yang Terdampak Kerusakan Akibat Tawuran di Jogja

Pendopo Taman Siswa: Sejarah yang Terdampak Kerusakan Akibat Tawuran di Jogja

Jakarta | suararakyat.net – Kompleks Pendopo dan Museum Taman Siswa Dewantara Kirti Griya di Jalan Taman Siswa (Tamsis) saat ini sedang mengalami penutupan sementara. Penutupan ini dilakukan untuk melakukan perbaikan pada bangunan kompleks cagar budaya tersebut yang rusak akibat terjadinya tawuran massa di Yogyakarta.

Menurut informasi dari Kepala Museum Taman Siswa Dewantara Kirti Griya, Ki Muryanto, kerusakan tersebut terjadi ketika massa terlibat dalam tawuran di Tamsis pada malam Minggu (4/6/2023). Sebagai akibatnya, beberapa bagian museum mengalami kerusakan. Untuk mengatasi masalah ini, kompleks tersebut ditutup sementara agar beberapa fasilitas yang rusak dapat diperbaiki.

“Ya, benar. Karena semalam terjadi kerusuhan massa dari PSHT yang berlindung di museum, sehingga museum mengalami kerusakan akibat pergerakan massa yang bergerak ke museum yang berada dalam satu kompleks dengan pendopo Taman Siswa,” kata Muryanto kepada detikJateng, pada Senin (5/6/2023).

Berikut adalah informasi tentang sejarah Pendopo Taman Siswa dan Museum Taman Siswa Dewantara Kirti Griya Jogja yang mengalami kerusakan dan ditutup sementara akibat tawuran massa di Yogyakarta:

Mengacu pada situs resmi Tamansiswa Pusat, Pendopo Agung Tamansiswa pertama kali didirikan di Yogyakarta pada tanggal 3 Juli 1922. Awalnya, ide ini muncul dari RM Suwardi Suryaningrat yang diberi tugas oleh Sarasehan “Selasa Kliwonan” untuk mengelola pendidikan anak-anak. Perguruan ini pertama kali didirikan dengan nama Taman Lare (Taman Indria).

Pendidikan dimulai dengan satu kelas dan memiliki 25 anak peserta didik. Gedung perguruan tersebut terletak di Kampung Tanjung, yang sekarang dikenal sebagai Jalan Gajah Mada (Station Weg) Nomor 28 dan 30 Yogyakarta. Saat ini, gedung tersebut digunakan oleh Yayasan Taman Ibu untuk kegiatan pendidikan.

Perguruan Tamansiswa terus berkembang dan jumlah peserta didiknya terus bertambah, sehingga dibutuhkan lahan yang lebih luas untuk menampung jumlah siswa yang semakin besar. Oleh karena itu, Tamansiswa Yogyakarta yang saat itu berkedudukan di Jalan Stasiun berusaha untuk membeli tanah pekarangan yang luas.

Pada tanggal 14 Agustus 1935, Tamansiswa membeli sebuah tanah pekarangan beserta rumah yang terletak di Jalan Wirogunan (sekarang Jalan Tamansiswa) nomor 31-33 Yogyakarta. Bangunan tersebut memiliki luas 300 m2 dan berdiri di atas tanah seluas 2.720 m2. Pembelian tanah tersebut menggunakan dana dari “Bank Nasional” yang kemudian dibayar kembali dengan bunga yang sangat rendah. Pada saat itu, Ki Sudarminta menjabat sebagai Ketua Majelis Luhur dan Ki R. Rudjito menjadi pimpinan Bank Nasional.

Secara bertahap, kompleks tersebut terus berkembang dengan pembelian tanah di sekitarnya. Ki Hadjar Dewantara dan keluarganya belum pindah pada saat itu. Dia ingin kepindahannya dilakukan bersamaan dengan pembangunan sebuah Pendopo dalam kompleks baru tersebut. Bagi Tamansiswa, pendopo merupakan tempat yang mencerminkan nilai-nilai kebaikan budi. Dengan suasana tersebut, akan tercipta kedalaman, kekuatan, dan kebaikan budi manusia.

Kemudian, rencananya adalah membangun pendopo, yang membutuhkan biaya yang cukup besar, diperkirakan sebesar 4.000 gulden. Salah satu cara untuk mendapatkan dana tersebut adalah dengan mengumpulkan sumbangan dari murid-murid Tamansiswa. Pada Januari 1936, Majelis Luhur mengumumkan pengumpulan sumbangan bulanan dari murid-murid Taman Siswa di semua cabang yang ada di Indonesia.

Pada tanggal 10 Juli 1938, dilakukan peletakan batu pertama dalam pembangunan Pendopo Pusat Tamansiswa. Kemudian, pada tanggal 16 November 1938, dilakukan upacara pembukaan resmi pendopo yang dilakukan oleh Nyi Hadjar Dewantara.

Pendopo Agung Tamansiswa yang didirikan oleh warga Tamansiswa pada tahun 1938 tersebut merupakan monumen yang tak terpisahkan dari Museum Dewantara Kirti Griya. Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendopo memiliki arti penting bagi Perguruan Kebangsaan Tamansiswa sebagai simbol persatuan keluarga yang penuh dengan nilai-nilai batin. Dengan suasana tersebut, akan tercipta kedalaman, kekuatan, dan kebaikan budi manusia sebagai anggota keluarga Tamansiswa.(Rz)